Judul : Allahuakhbar!! Sebab Kenapa Rasulullah Takut Semasa Berlakunya Gerhana
link : Allahuakhbar!! Sebab Kenapa Rasulullah Takut Semasa Berlakunya Gerhana
Allahuakhbar!! Sebab Kenapa Rasulullah Takut Semasa Berlakunya Gerhana
Gerhana bulan mahupun gerhana matahari adalah salah satu fenomena alam yang pasti akan terjadi dan kebanyakan ia akan mengambil masa yang lama untuk kejadian itu berlaku.
Namun, bagi umat Islam, kejadian ini dianggap sebagai menakutkan kerana ianya adalah salah satu tanda terjadinya kiamat.
Kebiasaannya, orang pada zaman sekarang ini hanya ingin menyaksikan peristiwa gerhana tanpa mahu mengendahkan tuntutan dan ajakan Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam.
Siapa tahu peristiwa ini adalah tanda datangnya bencana atau adzab, atau tanda semakin dekatnya hari kiamat.
Lihatlah yang dilakukan oleh Nabi kita shallallahu ’alaihi wa sallam saat terjadinya gerhana melalui hadis di bawah:
عَنْ أَبِى مُوسَى قَالَ خَسَفَتِ الشَّمْسُ فِى زَمَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَامَ فَزِعًا يَخْشَى أَنْ تَكُونَ السَّاعَةُ حَتَّى أَتَى الْمَسْجِدَ فَقَامَ يُصَلِّى بِأَطْوَلِ قِيَامٍ وَرُكُوعٍ وَسُجُودٍ مَا رَأَيْتُهُ يَفْعَلُهُ فِى صَلاَةٍ قَطُّ ثُمَّ قَالَ « إِنَّ هَذِهِ الآيَاتِ الَّتِى يُرْسِلُ اللَّهُ لاَ تَكُونُ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ وَلَكِنَّ اللَّهَ يُرْسِلُهَا يُخَوِّفُ بِهَا عِبَادَهُ فَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْهَا شَيْئًا فَافْزَعُوا إِلَى ذِكْرِهِ وَدُعَائِهِ وَاسْتِغْفَارِهِ
Abu Musa Al Asy’ari radhiyallahu ‘anhu menuturkan, ”Pernah terjadi gerhana matahari pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi lantas berdiri takut kerana khawatir akan terjadi hari kiamat, sehingga beliau pun mendatangi masjid kemudian beliau mengerjakan solat dengan berdiri, ruku’ dan sujud yang lama. Aku belum pernah melihat beliau melakukan solat sedemikian rupa.”
Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam lantas bersabda,”Sesungguhnya ini adalah tanda-tanda kekuasaan Allah yang ditunjukkan-Nya. Gerhana tersebut tidaklah terjadi kerana kematian atau hidupnya seseorang. Akan tetapi Allah menjadikan demikian untuk menakuti hamba-hamba-Nya. Jika kalian melihat sebahagian dari gerhana tersebut, maka bersegeralah untuk berzikir, berdo’a dan memohon ampun kepada Allah.”
An Nawawi rahimahullah menjelaskan mengenai maksud kenapa Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam berasa sangat takut berlakunya hari kiamat.
Gerhana adalah salah satu tanda yang akan muncul sebelum tanda-tanda kiamat yang lain seperti terbitnya matahari dari barat atau keluarnya Dajjal.
Namun, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam sahaja berasa sangat takut ketika itu, padahal kita semua tahu bersama bahawa beliau shallallahu ’alaihi wa sallam adalah hamba yang paling dicintai oleh Allah.
Lalu mengapa kita sebagai manusia biasa melihat fenomena ini seperti fenomena biasa tanpa melakukan perkara-perkara yang memberikan manfaat kepada hidup kita.
Kemungkinan besar kita sudah sentiasa mengikuti budaya-budaya yang tidak bermanfaat dan bahkan kita juga sudah terbiasa melakukan maksiat.
Gerhana matahari dipercayai akan berlaku apabila kedudukan bulan terletak di antara bumi dan matahari di mana ia akan menutup cahaya matahari samada separa atau sepenuhnya.
Setiap kali berlakunya gerhana kita di sarankan untuk mengerjakan solat gerhana. Taukah anda apakah tuntunan solat gerhana dalam islam? kenapa solat gerhana ini mesti dilakukan?
Allah berfirman,
هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَلِكَ إِلا بِالْحَقِّ يُفَصِّلُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ (٥)
“Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkannya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda kebesaran-Nya kepada orang-orang yang mengetahui” (Yunus:5)
Dan Dia juga berfirman ,
وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ (٣٧)
وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ (٣٧)
“Dan sebagian dari tanda-tanda kebesaran-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) bersujud kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah” (Fushilat:37)
Solat gerhana adalah sunnah muakadah menurut persetujuan daripada para ulama, dan dalilnya adalah As Sunnah yang diamalkan oleh Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam.
Solat gerhana adalah sunnah muakadah menurut persetujuan daripada para ulama, dan dalilnya adalah As Sunnah yang diamalkan oleh Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam.
Gerhana yang berlaku adalah salah satu tanda daripada tanda-tanda kekuasaan Allah untuk menakut-nakutkan para hamba-Nya. Allah berfirman ,
وَمَا نُرْسِلُ بِالآيَاتِ إِلا تَخْوِيفًا (٥٩)
“Dan kami tidak memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakuti” (Al Israa:59)
Ketika terjadinya gerhana matahari di zaman Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam, beliau keluar dengan bergegas, menarik bajunya, lalu solat dengan manusia, dan memberitahu kepada mereka: bahawa gerhana adalah satu tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah, dengan gerhana tersebut Allah menakut-nakutkan para hamba-Nya, boleh jadi gerhana tersebut merupakan sebab turunnya azab untuk manusia, dan memerintahkan untuk mengerjakan amalan yang boleh menghilangkannya.
Beliau turut memerintahkan umatnya untuk mengerjakan solat, berdoa, istighfar, bersedekah, memerdekakan hamba, dan amalan-amalan soleh lainnya ketika terjadi gerhana, sehingga hilang musibah yang menimpa manusia.
Dalam gerhana tersebut, terdapat peringatan yang khusus bagi manusia dan ancaman bagi mereka yang mengingkari perintahNya agar kembali kepada Allah dan selalu merasa diawasi oleh-Nya.
Umat manusia di zaman jahiliyyah meyakini bahawa gerhana itu terjadi ketika lahirnya atau matinya seorang pembesar.
وَمَا نُرْسِلُ بِالآيَاتِ إِلا تَخْوِيفًا (٥٩)
“Dan kami tidak memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakuti” (Al Israa:59)
Ketika terjadinya gerhana matahari di zaman Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam, beliau keluar dengan bergegas, menarik bajunya, lalu solat dengan manusia, dan memberitahu kepada mereka: bahawa gerhana adalah satu tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah, dengan gerhana tersebut Allah menakut-nakutkan para hamba-Nya, boleh jadi gerhana tersebut merupakan sebab turunnya azab untuk manusia, dan memerintahkan untuk mengerjakan amalan yang boleh menghilangkannya.
Beliau turut memerintahkan umatnya untuk mengerjakan solat, berdoa, istighfar, bersedekah, memerdekakan hamba, dan amalan-amalan soleh lainnya ketika terjadi gerhana, sehingga hilang musibah yang menimpa manusia.
Dalam gerhana tersebut, terdapat peringatan yang khusus bagi manusia dan ancaman bagi mereka yang mengingkari perintahNya agar kembali kepada Allah dan selalu merasa diawasi oleh-Nya.
Umat manusia di zaman jahiliyyah meyakini bahawa gerhana itu terjadi ketika lahirnya atau matinya seorang pembesar.
Maka Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam membantah keyakinan tersebut dan menjelaskan tentang hikmah ilahiyyah ketika terjadinya gerhana.
Al Bukhari dan Muslim telah meriwayatkan dari hadits Abu Mas’ud Al Anshari berkata ,
“Terjadi gerhana matahari pada hari meninggalnya Ibrahim Bin Muhammad Sholallahu ‘Alaihi Wasallam maka manusia mengatakan, “Terjadi gerhana matahari karena kematian Ibrahim”. Maka Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “”Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah, keduanya tidak terkena gerhana karena kematian atau kehidupan seseorang, jika kalian melihat yang demikian itu, maka bersegeralah untuk ingat kepada Allah dang mengerjakan Sholat” “.[1]
Dalam hadits lain dalam Ash Shahihain,
“Maka berdoalah kepada Allah dan kerjakanlah Sholat hingga matahari terang”.[2]
Dari Shahih Al Bukhari dari Abu Musa, (ertinya)
“Tanda-tanda yang Allah kirimkan ini bukanlah kerana kematian atau kehidupan seseorang, tetapi Allah sedang manakut-nakuti hamba-hamba-Nya dengannya, maka jika kalian melihat sesuatu yang demikian itu, bersegeralah untuk mengingat Allah, berdo’a dan meminta ampun kepada-Nya”.[3]
Allah Subhanahu Wata’ala memperlakukan pada dua tanda kekuasaan-Nya yang besar ini iaitu (matahari dan bulan) kusuf dan khusuf (gerhana), agar para hamba mengambil pelajaran dan tahu bahwa keduanya adalah makhluk yang terkena kekurangan dan perubahan sebagaimana makhluk-makhluk lainnya; untuk menunjukkan kepada hamba-Nya dengan peritiwa itu atas kekuasaan-Nya yang sempurna dan hanya Dialah yang berhak untuk disembah sebagaimana firman Allah ,
وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ (٣٧)
“Dan sebahagian dari tanda-tanda kebesaran-Nya ilalah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) bersujud kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah” (Fushilat:37)
Waktu solat gerhana: dari mulai terjadinya gerhana sampai hilang berdasar sabda beliau Sholallahu ‘Alaihi Wasallam , “Apabila kalian melihat (artinya: sesuatu dari peristiwa tersebut), maka shalatlah”. (Mutafaqqun ‘Alaih) [4]
Dan dalam hadits lainnya , “Dan jika kalian melihat yang demikian itu maka sholatlah hingga matahari kelihatan”. (Diriwayatkan oleh Muslim) [5]
Solat gerhana tidak diqadha setelah hilangnya gerhana tersebut, kerana telah hilang waktunya. Jika gerhana tersebut tidak lagi kelihatan maka mereka tidak perlu melakukan solat gerhana.
Cara Solat Sunat Gerhana Bulan
‘Khusuf‘ (الخُسُوفِ) dari segi bahasa bermaksud terlindungnya cahaya bulan, samada terlindungnya itu hanya sebahagian atau keseluruhannya.
Hukum melakukan ‘Solat Gerhana Bulan’ atau dikenali juga dengan nama ‘Solat Sunat Khusuf’ adalah ‘sunat muakkad’ bagi muslimin dan muslimat.
Solat ini boleh dilakukan sama ada secara berjemaah atau bersendirian dan waktunya adalah bermula ketika sedang berlakunya bulan gerhana sehingga selesai gerhana tersebut.
Namun, sekiranya gerhana berlaku ketika atau selepas terbenam matahari, maka tidak adalah solat gerhana.
Galakan mengerjakan ibadah solat sunat gerhana ini berdasarkan satu hadis diriwayatkan Imam Muslim.
Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya matahari dan bulan itu kedua-duanya adalah sebahagian dari tanda-tanda kebesaran Allah. Tidaklah terjadi gerhana kerana matinya seseorang dan tidak pula kerana lahirnya. Apabila kamu telah menyaksikannya maka berdoalah kepada Allah dan solatlah kamu hingga cuaca telah terang kembali.”
Solat Gerhana Bulan (Khusuf)
Bacaan ketika solat gerhana bulan adalah secara kuat (jahar) seperti dalam solat Maghrib, tidak sebagaimana solat gerhana matahari yang perlu dibaca secara perlahan.
Lafaz niat Solat Sunat Gerhana Bulan adalah seperti berikut:
Sahaja aku Solat Sunat Khusuf dua raka’at, kerana Allah Ta’ala.
Solat ini haruslah dilaksanakan dengan dua raka’at. Di dalamnya dilaksanakan sama ada dengan dua (2) kali ruku’, tiga (3) kali ruku’ atau empat (4) kali ruku bagi setiap raka’at.
Selepas sahaja selesai mengerjakan solat tersebut, kita dianjurkan untuk memperbanyakkan istighfar dan memohon ampun kepada Allah SWT;
Berikut adalah antara doa yang biasa dibaca terutama semasa khutbah atau selepas solat sunat gerhana ialah :
Cara Solat Sunat Khusuf
Solat Sunat Khusuf (Solat Gerhana Bulan) tidak perlu iqamah tetapi cukuplah sekadar ucapan ( الصِّلاَةُ جَامِعَةً ) dan dilakukan dengan 2 rakaat sebagaimana solat sunat biasa.
Manakala dalam solat ini bacaan Al Fatihah dan surahnya boleh dijaharkan (dinyaringkan). Secara ringkasnya solat sunat tersebut adalah seperti berikut:
Cara Pertama
Solat Sunat Khusuf 2 rakaat dengan 2 kali fatihah, 2 kali rukuk dan 2 kali sujud.
Rakaat Pertama
Takbiratul Ihram.
Membaca doa iftitah.
Membaca Ta`awudz.
Membaca surah Al-Fatihah.
Membaca mana-mana surah, yang lebih afdhal ialah surah al-Baqarah.
Rukuk dan membaca tasbih, anggaran bacaan 100 ayat.
Iktidal serta membaca surah Al-Fatihah dan surah Ali-Imran atau mana-mana surah.
Rukuk sekali lagi dengan membaca tasbih, anggaran bacaan 90 ayat.
Iktidal.
Sujud dan membaca tasbih.
Duduk antara 2 sujud.
Sujud kembali.
Berdiri ke rakaat kedua.
Rakaat Kedua.
Membaca surah Al-Fatihah.
Membaca surah Al-Nisa’ atau mana-mana surah.
Rukuk dan membaca tasbih kira-kira membaca 70 ayat.
Iktidal serta membaca surah Al-Fatihah dan surah Al-Maidah atau mana-mana surah.
Rukuk dangan membaca tasbih, anggaran bacaan 50 ayat.
Iktidal.
Sujud dan membaca tasbih.
Duduk antara 2 sujud.
Sujud kembali.
Membaca tasyahud akhir.
Memberi salam.
Abdullah bin Amr bin Ash r.a. berkata; “Ketika terjadi gerhana di masa Nabi Muhammad SAW maka diserukan: “Ash-shalaatu jaami’ah (tegakkanlah solat berjamaah).” Kemudian (di dalam solat) Nabi Muhammad SAW rukuk dua kali dalam satu rakaat. Pada rakaat ke dua Nabi Muhammad SAW rukuk dua kali juga. Kemudian duduk dan selesai. Matahari sudah terang kembali. Siti Aisyah berkata: “Belum pernah saya sujud lama, seperti lamanya sujud solat gerhana itu.” (Hr Bukhari dan Muslim).
Disebutkan oleh Ibnu Rusyd di dalam Bidayatul Mujtahid:
وكان إسحاق بن راهويه يقول: لا يتعدى بذلك أربع ركعات في كل ركعة لأنه لم يثبت عن النبي صلى الله عليه وسلم أكثر من ذلك. وقال أبو بكر بن المنذر وكان بعض أصحابنا يقول: الاختيار في صلاة الكسوف عين وإن شاء ثلاثة وإن شاء أربعة
Ishak B. Rahawaih berkata: “Tidak boleh melebihi empat kali ruku’ dalam satu raka’at. Kerana tiada riwayat yang menunjukkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam ruku’ lebih dari empat kali.”
Cara Kedua
Solat Sunat Khusuf (Solat Gerhana Bulan) 2 rakaat dengan 4 kali fatihah, 4 kali rukuk dan 4 kali sujud.
Boleh juga dilakukan Solat Gerhana 2 rakaat dengan 4 kali fatihah, 4 kali rukuk dan 4 kali sujud.
Disunatkan membaca surah-surah panjang dalam setiap rakaat solat gerhana.
Pada setiap rakaat rukuknya dilakukan dua kali, iaitu selepas membaca Al Fatihah dan surah, lalu rukuk.
Bangun i’tidal, lalu membaca Al Fatihah dan surah lagi lalu rukuk yang ke dua.
Kemudian i’tidal lagi dengan tu’maninah barulah melakukan sujud yang pertama, duduk antara dua sujud, lalu sujud yang ke dua, kemudian bangun untuk rakaat yang ke dua.
Pada rakaat yang ke dua ini, rukuk dilakukan dua kali seperti pada rakaat yang pertama. Kemudian tahiyat dan diakhiri dengan salam.
Makmum yang hanya dapat mengikut imam ketika berdiri ke dua atau rukuk ke dua dalam rakaat pertama dianggap tidak dapat rakaat pertama.
Abu Bakar B. Al-Mundzir berkata: “Ada beberapa sahabat kami menyatakan bahawa memilih tatacara ‘Solat Kusuuf’ (solat gerhana) memiliki landasan hukum. Mereka yang mahu solat kusuuf dibolehkan memilih mana-mana tatacara yang dikehendakinya, sama ada dua kali ruku’ dalam setiap raka’at, tiga kali ruku’ dalam setiap raka’at, atau empat kali ruku’ dalam setiap raka’at.” (Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, 1/121)
Khutbah Solat Gerhana
Dalil dari Aisyah r.a. berkata :
ثم سلم وقد تجلت الشمس فخطب الناس فقال في كسوف الشمس والقمر إنهما آيتان
من آيات الله لا يخسفان لموت أحد ولا لحياته فإذا رأيتموهما فافزعوا إلى الصلاة.
“Selanjutnya beliau mengakhiri solatnya dengan salam, sedang gerhana matahari telah berakhir. Lalu baginda berkhutbah kepada manusia: “Pada gerhana matahari dan bulan, sesungguhnya keduanya adalah dua tanda (kebesaran) di antara tanda-tanda kebesaran Allah. Keduanya tidaklah terjadi gerhana kerana kematian seseorang pula tidaklah kerana kehidupan seseorang. Maka apabila kalian melihat keduanya (gerhana) maka bertandanglah kepada solat gerhana” (Riwayat Bukhari r.a.)
Oleh itu, umat Islam perlulah mengambil kesempatan ini untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah dengan mengadakan dan menunaikan solat Sunat Khusuf ini secara berjemaah berserta khutbah gerhana sempena gerhana bulan penuh tersebut.
Ibadat sunat ini seharusnya ditunaikan dengan sebaik mungkin, apatah lagi fenomena gerhana ini jarang berlaku.
Wallahualam
Sumber: Suaramedia.org, Editor: Amira
Demikianlah Artikel Allahuakhbar!! Sebab Kenapa Rasulullah Takut Semasa Berlakunya Gerhana
Sekianlah artikel Allahuakhbar!! Sebab Kenapa Rasulullah Takut Semasa Berlakunya Gerhana kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Allahuakhbar!! Sebab Kenapa Rasulullah Takut Semasa Berlakunya Gerhana dengan alamat link https://kabarberitamalay.blogspot.com/2018/02/allahuakhbar-sebab-kenapa-rasulullah_2.html