Judul : Sederet kejanggalan dalam serangan gas kimia di Syria. Adakah Syria dijadikan 'Kambing Hitam'
link : Sederet kejanggalan dalam serangan gas kimia di Syria. Adakah Syria dijadikan 'Kambing Hitam'
Sederet kejanggalan dalam serangan gas kimia di Syria. Adakah Syria dijadikan 'Kambing Hitam'
7/4/17
serangan gas di syria . ©2017 REUTERS
Sejumlah foto dan video penduduk awam Syria, termasuk kanak-kanak yang sedang dalam kondisi mengenaskan akibat serangan gas kimia (dipercayai gas sarin) kini ramai beredar di media sosial dan langsung menjadi sorotan dunia.
Pemerintah Syria langsung dijadikan kambing hitam oleh negara-negara Barat setelah peristiwa serangan udara menggunakan senjata gas kimia di Kota Khan Sheikhoun, Provinsi Idlib, yang dilaporkan membunuh puluhan warga awam dua hari lalu. Media-media arus perdana Barat seperti CNN, BBC, Reuters, The Guardian, The Daily Mail, turut memberitakan kejadian ini dengan mengutip sumber dari pasukan penyelamat White Helmets dan lembaga Pemantau Hak Asasi Rakyat Syria.
Lokasi serangan itu ketika ini masih menjadi kawasan yang dikuasai kaum pemberontak Al Qaidah di Syria. Lembaga Pemantau Hak Asasi Rakyat Syria yang bermarkas di London menyebut sedikitnya 58 penduduk awam , termasuk 11 kanak-kanak maut dalam serangan gas kimia itu, seperti dikutip kantor berita Reuters.
Namun benarkah pelaku serangan adalah militer Syria? Atau pelakunya justru kaum pemberontak yang didukung negara Barat seperti Amerika Syarikat? Benarkah pemberitaan yang dilaporkan media-media Barat itu?
Pakar kontraterorisme dan pengamat keselamatan asal GB, Charles Shoebridge mengatakan kepada Russia Today, sesungguhnya kaum pemberontaklah yang mengambil keuntungan dari peristiwa ini.
"Pihak yang diuntungkan dari serangan semacam ini adalah kaum pemberontak itu sendiri kerana mereka boleh mendapat keuntungan politik berarti di saat mereka sedang berjuang secara geopolitik dan strategis," kata Shoebridge, seperti dilansir Russia Today, Khamis (6/4).
Lokasi serangan itu ketika ini masih menjadi kawasan yang dikuasai kaum pemberontak Al Qaidah di Syria. Lembaga Pemantau Hak Asasi Rakyat Syria yang bermarkas di London menyebut sedikitnya 58 penduduk awam , termasuk 11 kanak-kanak maut dalam serangan gas kimia itu, seperti dikutip kantor berita Reuters.
Namun benarkah pelaku serangan adalah militer Syria? Atau pelakunya justru kaum pemberontak yang didukung negara Barat seperti Amerika Syarikat? Benarkah pemberitaan yang dilaporkan media-media Barat itu?
Pakar kontraterorisme dan pengamat keselamatan asal GB, Charles Shoebridge mengatakan kepada Russia Today, sesungguhnya kaum pemberontaklah yang mengambil keuntungan dari peristiwa ini.
"Pihak yang diuntungkan dari serangan semacam ini adalah kaum pemberontak itu sendiri kerana mereka boleh mendapat keuntungan politik berarti di saat mereka sedang berjuang secara geopolitik dan strategis," kata Shoebridge, seperti dilansir Russia Today, Khamis (6/4).
serangan gas di Syria 2017 REUTERS
Sumber dari pegawai keselamatan Syria juga mengatakan hal senada. Tuduhan dunia internasional terhadap pemerintah Syria yang membunuh rakyat awam di Idlib adalah fitnah.
"Ini adalah tuduhan yang salah," kata sumber itu kepada kantor berita AFP,"pasukan oposisi sedang berusaha mendapatkan perhatian media atas apa yang tidak boleh mereka raih di lapangan," kata dia, seperti dikutip laman Business Standard, Isnin Selasa (4/4).
Shoebridge menekankan, pemerintah Syria tidak punya alasan untuk melancarkan serangan semacam itu kerana mereka sudah meraih banyak kemenangan di berbagai lokasi.
Serangan semacam ini, kata dia, hanya akan menimbulkan kecaman dari masyarakat internasional dan tentu saja tidak akan menguntungkan bagi rezim Basyar al-Assad kerana terjadinya serangan ini hanya berselang satu hari sebelum konferensi PBB di Brussels, Belgia, membahas masa depan Syria.
Dia juga menyebut ada catatan sejarah yang mirip dengan kejadian ini di masa lalu. Pada 2013 di Kota Ghouta, Syria, terjadi serangan gas kimia bertepatan dengan para peninjau PBB mengunjungi Damaskus. Dan pada September 2016, terjadi juga serangan gas kimia sehari sebelum ada konferensi di London berisi agenda pertemuan kelompok oposisi Syria dengan para negara penderma. Dalam semua kejadian itu tidak pernah ada bukti pelakunya adalah militer Syria.
serangan gas di Syria 2017 REUTERS
Pengamat Timur Tengah Ammar Waqaf, juga meyakini, tiap kali bakal ada konferensi internasional tentang Syria maka tiba-tiba ada serangan gas kimia.
"Ini bukan pertama kali serangan gas kimia dilakukan untuk menuduh militer Syrialah pelakunya. Kerana tidak pernah ada bukti militer Syria benar melakukan serangan ini," kata dia.
"Jika militer Syria mau menggunakan serangan gas kimia, mengapa hanya mensasarkan rakyat awam dan di waktu yang salah? Mengapa tidak kepada kaum pemberontak atau militan macam ISIS?" tegasnya.
Pejabat PBB sekaligus peninjau penggunaan senjata dalam perang, Carla del Ponte pun mengatakan tidak ada bukti pemerintah Syria menggunakan senjata kimia.
Selain itu, diketahui seorang reporter Orient TV, media pendukung pemberontak, bernama Feras Karam ketahuan menulis dalam akaun media sosial Twitter, bahwa dia dan pasukannya akan menggelar kempen media soal penggunaan senjata kimia oleh militer Syria beberapa jam sebelum serangan sebenarnya terjadi.
"Besok kami akan melancarkan kempen media untuk meliput serangan udara di kawasan Hama dan penggunaan racun klorin kepada penduduk awam," tulis dia pada Selasa lalu, seperti dikutip Almasdar News, Selasa (4/6).
Damian Walker, mantan pasukan penjinak bom, membuat komen foto-foto serangan gas kimia di Idlib yang beredar di dunia maya.
"Ketika pertama kali saya membaca gas sarin dipakai dalam serangan di Idlib, saya terkejut betapa cepatnya gas saraf itu dikenal pasti Sewaktu melihat video kejadiannya, saya langsung menyimpulkan, itu bukan serangan gas sarin. Jika benar, orang yang pertama bersentuhan dengan mangsa juga akan mati, dan gejala yang dialami korban seperti tercekik kerana gas beracun, bukan jenis racun dari senjata militer," kata dia.
Dalam foto-foto itu juga terlihat anggota pasukan penyelamat White Helmets menangani korban maut akibat gas kimia tanpa memakai perlengkapan yang selamat , tanpa sarung tangan. Jika benar serangan itu adalah gas sarin seperti yang didakwa oposisi, maka foto itu jadi menimbulkan pertanyaan. Gas sarin yang sebenarnya jika digunakan dalam suatu kawasan maka boleh membunuh ribuan orang. Tapi pasukan penyelamat White Helmets menangani korban tanpa alat pelindung apa pun.
Hal yang juga menimbulkan kecurigaan adalah adanya seorang doktor di sebuah rumah sakit di kawasan itu yang sedang menangani banyak korban serangan gas sarin tapi masih punya waktu berkicau di Twitter dan melayani permintaan video call.
Minggu lalu beredar berita sekitar 250 orang asal Majdal dan Khattab diculik oleh militan Al Qaidah. Sumber lokal menyebut banyak korban mati yang terlihat dalam foto dan video serangan gas kimia itu adalah sebenarnya warga yang hilang diculik.
Sejumlah kejanggalan dan kecurigaan itu makin menguatkan dugaan bahwa pelaku sesungguhnya serangan gas kimia di Idlib bukanlah militer Syria melainkan kaum pemberontak yang dengan segala cara merekayasa peristiwa ini supaya dunia internasional mengecam pemerintah Syria.
Disunting dari Merdeka.com
Demikianlah Artikel Sederet kejanggalan dalam serangan gas kimia di Syria. Adakah Syria dijadikan 'Kambing Hitam'
Sekianlah artikel Sederet kejanggalan dalam serangan gas kimia di Syria. Adakah Syria dijadikan 'Kambing Hitam' kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Sederet kejanggalan dalam serangan gas kimia di Syria. Adakah Syria dijadikan 'Kambing Hitam' dengan alamat link https://kabarberitamalay.blogspot.com/2017/04/sederet-kejanggalan-dalam-serangan-gas.html